Air susu ibu (disingkat ASI) adalah susu yang diproduksi oleh manusia untuk konsumsi bayi dan merupakan sumber gizi utama bayi yang belum dapat mencerna makanan padat.Saya baru saja mempunyai bayi. Saya dan istri sepakat untuk memberinya ASI. Keluarga dan kerabat mendukung kami. Salah satu bentuk dukungannya adalah dengan cara memberi wejangan mengenai ASI. Wejangan yang paling saya ingat adalah ketika keluarga dan kerabat melihat bintik merah di pipi bayi kami.
Air susu ibu diproduksi karena pengaruh hormon prolaktin dan oksitosin setelah kelahiran bayi. Air susu ibu pertama yang keluar disebut kolostrum atau jolong dan mengandung banyak immunoglobulin IgA yang baik untuk pertahanan tubuh bayi melawan penyakit.
[sumber]
"Pipinya kena ASI tuh bintik-bintik gitu. Langsung di lap aja kalo ketetesan ASI, soalnya ASI kan keras," kurang lebih begitulah wejangan mereka. Wejangan ini kami terima karena kami belum tahu apa-apa mengenai dunia perbayian. Tapi ada satu hal dari wejangan tersebut yang menggelitik benak saya, yaitu bagian "ASI kan keras". Seberapa keraskah ASI?
Pertanyaan ini masih tertempel di benak sampai kira-kira bayi saya berusia 10 hari. Pada usia ini bayi saya mencret. Mengeluarkan feses hitam dan ada bintik putih seperti biji cabe. Begitu saya tanyakan pada teman yang sudah lebih dulu punya anak, katanya ini hal yang lumrah. Tak perlu khawatir kalau yang dikonsumsi bayi hanya ASI (ASI eksklusif). Ini dikarenakan ASInya sedang membersihkan pencernaan bayi. Saya kembali teringat pada wejangan keluarga dan kerabat: "ASI kan keras".
Seiring berjalannya hari, perlahan fese itu menghilang. Perlahan pula feses bayi saya jadi kuning encer. Mencret, dengan frekuensi yang tinggi, bisa sampai 15 kali sehari. Sebagai orang tua, apalagi orang tua baru, pastilah kami khawatir (lagi). Tapi untungnya banyak teman yang mampu mengenyahkan kekhawatiran kami. Mereka yang lebih tahu bersedia berbagi pengalaman kepada kami. Mereka bilang itu lumrah dan normal. Kurang lebih sama seperti feses yang tadi, mencret ini adalah proses penyesuaian pencernaan bayi, karena pencernaan bayi belum sempurna. Kembali saya teringat lagi pada wejangan keluarga dan kerabat: "ASI kan keras".
Apa betul segitu kerasnya ASI?
Air susu ibu (ASI) mengandung jumlah laktosa yang tinggi, dan laktosa ini merupakan komponen penting bagi otak anak. Terkadang laktosa ini bisa menyebabkan bayi mengalami diare.Jadi itu toh penyebab bayi saya mencret. Dan mungkin ini maksud dari wejangan keluarga dan kerabat yang tadi saya sebut: "ASI kan keras". Bayi saya minum minuman keras. Minuman keras istimewa dari ibunya: ASI.
Jakarta, Salah satu penyakit yang sering dialami bayi adalah diare. Tapi pada bayi yang diberikan ASI eksklusif, maka diare yang terjadi adalah normal dan tak perlu dihentikan pemberian ASInya.
"Laktosa yang tinggi pada bayi yang baru lahir bisa menyebabkan diare, tapi kondisi ini merupakan suatu hal yang normal atau fisiologis sehingga tidak perlu menghentikan pemberian ASI," ujar dr IGAN Pratiwi selaku Ketua Satgas ASI IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) dalam acara lokakarya 'Pandangan dan Peran Organisasi Agama dalam Memasyarakatkan ASI' di Hotel Park Lane, Jakarta, Selasa (21/12/2010).
Dokter yang akrab disapa Tiwi ini menuturkan hal tersebut karena pada bayi yang baru lahir pembentukan enzim lipase yang berfungsi memecah laktosa belum sempurna, sehingga menyebabkan bayi diare, dan lipase akan berfungsi optimal saat berusia 4-6 bulan. Kondisi ini biasanya terjadi pada usia bayi 1-2 bulan dan tidak menyebabkan berat badannya turun.
[sumber]
Sebelum mengakhiri post kali ini, yuk baca salinan dari beritasatu berikut ini:
Sejak lama manfaat air susu ibu (ASI) sudah diketahui baik untuk kesehatan bayi. Kini para ilmuwan menemukan manfaat lain ASI bagi kesehatan bayi. Para ilmuwan di Duke University Medical Center, Inggris, mengatakan, ASI mendorong penguatan sistem pencernaan bayi.
Hasil penelitian mengungkap, ASI membantu menciptakan koloni-koloni flora mikrobiotik unik yang membantu penyerapan nutrisi dan mendorong perkemangan sistem imun tubuh.
Pemimpin penelitian ini, dr William Parker, dikutip dari surat kabar Daily Mail mengatakan, ini adalah studi pertama yang meneliti efek dari nutrisi bayi dengan melihat pertumbuhan bakteri. Cara ini memperlihatkan pandangan terhadap mekanisme tersembunyi mengenai manfaat dan keuntungan dari pemberian ASI ketimbang susu formula untuk bayi baru lahir.
Menurut dr Parker, hanya ASI yang bisa mendorong kolonisasi biofilm bermanfaat, dan pengetahuan ini memberi tahu, ada potensi untuk mengembangkan pengganti ASI yang bisa menyerupai manfaat ASI untuk kondisi-kondisi darurat karena ketidaksediaan ASI.
Selama ini telah diketahui, ASI bermanfaat untuk menurunkan kondisi diare, flu, hingga infeksi saluran pernapasan bila diberikan pada bayi. ASI juga mampu menjaga tubuh membentuk pertahanan terhadap alergi, diabetes tipe 1, multiple sclerosis, dan beragam penyakit lain.
Para peneliti mempelajari mengenai peran flora di dalam perut terhadap kesehatan, dan dari sana diketahui bagaimana pola konsumsi bayi bisa memengaruhi kehidupan mikrobial.
Penelitian ini memelihara bakteri di dalam susu formula khusus bayi, susu sapi, dan ASI.
Sampel-sampel susu tersebut kemudian diinkubasi dengan bakteri E coli yang dibutuhkan untuk membantu menghalau organisme tertentu yang bisa mengakibatkan keracunan makanan.
Dalam beberapa menit, bakteri tersebut mulai berkembang biak di semua spesimen, namun ada perbedaan cara. Pada spesimen ASI, bakteri-bakterinya menempel bersama untuk membentuk biofilm, tipis, membentuk lapisan bakteri yang bekerja sebagai pelindung terhadap patogen dan infeksi.
Bakteri pada susu formula bayi dan sapi juga berkembang biak, namun tidak membentuk lapisan pelindung.
Dari penelitian ini, dr Parker berharap bisa membantu menciptakan susu formula yang bisa memberikan manfaat mirip ASI, supaya bayi-bayi yang tak memiliki kesempatan mendapat ASI bisa mendapat manfaat serupa.
Happy breastfeeding, Amam!
No comments:
Post a Comment