Padahal arti kata 17 Agustus itu sendiri masih terasa hampa bagi kita. Kalau ditanya makna 17 Agustus, palingan kita cuma bisa jawab sekenanya. Saya yang lahir tahun 1980 saja tidak paham makna 17 Agustus seperti para pejuang memahaminya. Bapak saya yang lahir tahun 1943 mungkin saja masih belum memahami persis. Mungkin kakek-nenek sayalah yang paling paham makna 17 Agustus, sebagai pihak yang pernah memberikan kontribusi pada perjuangan merebut kemerdekaan.
Ya, itulah warisan makna turun temurun dari kakek-nenek generasi saya. Yang kita pahami dari "17 Agustus" adalah hanya "Hari Kemerdekaan" karena itulah yang diajarkan oleh sejarah (perhatian bagi para guru, khususnya guru sejarah). Benarkah Indonesia sudah merdeka setelah 17 Agustus 1945? Saya pikir Indonesia belum merdeka selama masih tunduk pada hegemoni Londo, Cino, dan Ngarab.
Londo: bangsa berkulit putih berambut pirang atau merah. Bangsa ini disebut kaukasian/bule. Biasanya bangsa Eropa dan Amerika.
Cino: bangsa bermata sipit. Cina, Jepang, Korea, dll.
Ngarab: bangsa berhidung mancung bermata lebar seperti bangsa di jazirah Arab, Timur Tengah, kawasan Meditarania. Termasuk India, Pakistan, dan Bangladesh.
Kendaraan Cino wira-wiri menguasai jalanan. Budaya Ngarab merajalela. Bahasa Londo dipakai sehari-hari di negeri-yang-katanya-sudah-merdeka ini. Idealnya, bagi saya, merdeka adalah bebas dari hegemoni itu semua. Boleh saja kendaraan Cino wira wiri asalkan kendaraan lokal yang menguasai. Boleh saja budaya Ngarab menunjukkan eksistensinya asalkan tetap budaya lokal yang merajalela. Dan yang terpenting, boleh saja bahasa Londo dipakai sesekali, asalkan bahasa ibu pertiwi yang dipakai sehari-hari.
Hanya di Indonesia, melamar pekerjaan harus menggunakan bahasa asing, padahal pekerjaannya ada di Indonesia.
-Status Facebook seorang teman.
Menurut Arysio Santos, Indonesia adalah nama negara yang merujuk pada suatu lokasi dimana dulu ada sebuah negeri yang emas yang agung. Negeri tersebut punya kekayaan sangat berlimpah dibanding negeri lainnya di dunia ini.
Atas alasan kekayaan alam inilah, pada Age of Discovery bangsa Eropa menjelajah mencari tahu dimana letak negeri tersebut. Setelah ketemu, negeri tersebut dijajah, dikeruk, dan diambil hasil buminya secara besar-besaran. Singkat cerita, yang paling lama menikmati hasil buminya adalah Belanda. Lalu pada tanggal 17 Agustus 1945 negeri tersebut memproklamirkan kemerdekaannya.
Karena sudah memproklamirkan kemerdekaannya, harusnya negeri tersebut sudah bebas dari tekanan dan penjajahan bentuk apapun, baik fisik maupun psikis. Tapi ternyata, kenapa negeri-yang-katanya-sudah-merdeka itu masih jadi dijajah?
Jelas saja saya bilang masih dijajah. Lihat saja di jalan raya. Banyak kendaran dari negeri sipit. Negeri-yang-katanya-merdeka tersebut tidak diperbolehkan, bahkan tidak diberi kesempatan untuk memproduksi kendaraan sendiri. Atau contoh lain. Di kafe-kafe lebih bangga menyajikan sisha ketimbang kretek, padahal kafenya milik orang dari negeri-yang-katanya-sudah-merdeka itu. Konon katanya sisha lebih menyehatkan ketimbang kretek. Bagi saya sudah jelas bahwa pada awalnya kretek dibuat untuk mengobati asma, dan sampai sekarang khasiat tersebut masih dijaga. Sedangkan manfaat shisha masih "katanya".
Belum pula dihitung setiap saya solat di masjid. Banyak pria yang memakai gamis. Katanya lebih afdol kalau solat pakai gamis. Padahal syarat sahnya solat hanya bila aurat tertutup. Tidak merepotkan. Sesederhana itu. Bagi saya solat dengan gamis seperti ini adalah budaya Ngarab yang dilebih-lebihkan.
Contoh lain lagi, dan ini adalah yang paling lucu menurut saya (baca: paling aneh). Di negeri-yang-katanya-sudah-merdeka tersebut, penggunaan bahasa Londo lebih sering dipakai dibanding bahasa dari negerinya sendiri, padahal untuk mengungkapkan sesuatu yang bernuansa negeri tersebut. Lihat saja contohnya tulisan "I love RI", atau "Save Indonesia" (jika ada peristiwa tragedi menimpa negeri-yang-katanya-sudah-merdeka itu). Kan lucu kalau semangat nasionalisme diwujudkan pakai bahasa asing. Mungkin kelucuan ini lebih tepat jika disebut ironi.
Ini seperti sebuah penjajahan terselubung. Penjajahan secara halus. Jika penjajahan secara nyata/secara terang-terangan tidak bisa diaplikasikan ke negeri-yang-katanya-sudah-merdeka tersebut. Lalu pihak asing menanam konsep "negerimu sudah merdeka" supaya orang-orang di negeri tersebut merasa puas, merasa telah berhasil berjuang, dan beristirahat lalu tidur panjang. Di saat tidur panjang inilah, pihak asing melakukan penjajahan terselubung. Penjajahan yang bertujuan sama seperti penjajahan terang-terangan, yaitu mengeruk "emas" dari negeri-yang-katanya-sudah-merdeka tersebut. Emas yang dimaksud tidak hanya emas seperti layaknya emas. Tapi ada emas-emas lainnya. Ada emas hijau berupa kopra/minyak kelapa. Ada emas bubuk hitam berupa kopi. Ada emas asin berupa garam. Bahkan sampai emas hijau menyala, berupa uranium.
Penggunaan kata "emas" di sini untuk menggambarkan bahwa hal-hal tersebut (kopra/minyak kelapa, kopi, garam, uranium, dll) bernilai lebih bagus jika dibandingkan dari produksi negeri lain. Contohnya seperti kamper dari negeri-yang-katanya-sudah-merdeka ini mempunyai nilai jual (kalau tidak salah) 132 kali lebih mahal dibanding kamper dari negeri lain.
Semuanya ada dan tersedia di negeri-yang-katanya-sudah-merdeka itu. Karena segala ketersediaannya, bisa jadi negeri-yang-katanya-sudah-merdeka itu adalah lokasi The Promised Land sebenarnya yang dimaksud di Perjanjian Lama. Amerika menggunakan Israel bermaksud mengecoh perhatian dunia dengan menjajah Palestina. Israel menjajah Palestina dengan menyebut-nyebut The Promised Land sehingga dunia memahami bahwa The Promised Land-nya adalah Palestina. Setelah mata dunia fokus ke tanah Palestina, Amerika menamamkan ideologinya ke The True Promised Land. Amerika tidak menempatkan orang-orangnya. Mereka cukup menanamkan ideologi, melalui berbagai sarana, termasuk pendidikan. Dari sinilah ideologi Amerika ditanam ke pemikiran penduduk asli negeri-yang-katanya-sudah-merdeka tersebut, dari lapisan bawah sampai lapisan petinggi negaranya. Dan pada saatnya nanti, para pemegang kekuasan (yang tertanam ideologi Amerika) menyerahkan The True Promised Land ini secara sukarela. Atau dipaksa supaya menyerahkan secara sukarela.
Saya pikir negeri-yang-katanya-sudah-merdeka tersebut akan terus dijajah secara halus seperti ini, dan saya pikir tidak akan ada perkembangan berarti selama penjajahan terselubung ini berlangsung. Bagi kita yang tinggal di negeri-yang-katanya-sudah-merdeka ini, apa saja yang sudah kita lakukan? Apa kita sudah berusaha menekan produksi kendaraan Cino? Apa kita sudah mengesampingkan budaya Ngarab? Apa kita sudah membiasakan diri tidak lagi menggunakan bahasa Londo di negeri sendiri?
Lantas bagaimana nanti kita bertanggung jawab pada anak cucu kita sendainya mereka bertanya "Pak, negeri kita kok segini doang? Gembar-gembor sudah merdeka 68 tahun tapi masih gini-gini aja?"
Ada yang bisa jawab?
No comments:
Post a Comment