Mungkin lebih tepat jika saya menggunakan judul "Dimurnikan Oleh Api" karena menurut saya, judul tersebut mempunya arti, hal yang dimurnikan tidak harus berada di dalam api, bisa jadi hanya sekedar berada di sekitar api. Api menjadi alat bantu dalam pemurnian hal yang ingin saya bicarakan di postingan ini.
Memang apa sih hal yang dimurnikan oleh api yang ingin dibicarakan di sini?
Logam
Ada berbagai macam logam yang kita kenal. Sebut saja 3 diantaranya: besi, perak, dan emas. Kebanyakan logam-logam itu diambil dari dalam perut bumi tidak dalam bentuk dan kadar yang kita kenal. Umumnya hanya para penambang yang tahu bentuk aslinya. Kadarnya pun tidak murni seperti yang kita kira. Di dalam logam-logam tersebut mengandung unsur lain yang harus kita pisahkan.Berikut ini adalah cara pemurnian emas, yang diambil dari http://goldmorotai.blogspot.com/2013/02/pemurnian-emas-dari-bullion.html:
Proses pemurnian emas dari bullion dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu:
1. Metode Cepat
Secara Hidrometallurgy yaitu dengan dilarutkan dalam larutan HNO3 kemudian tambahkan garam dapur untuk mengendapkan perak sedangkan emasnya tidak larut dalam larutan HNO3 selanjutnya saring aja dan dibakar.
2. Metode Lambat
Secara Hidrometallurgy plus Electrometallurgy yaitu dengan menggunakan larutan H2SO4 dan masukkan plat Tembaga dalam larutan kemudian masukkan Bullion ke dalam larutan tersebut, maka akan terjadi proses Hidrolisis dimana Perak akan larut dan menempel pada plat Tembaga (menempel tidak begitu keras/mudah lepas) sedangkan emasnya tidak larut (tertinggal di dasar), lalu tinggal bakar aja masing - masing, jadi deh logam murni.
Kata "bakar" berarti menggunakan api. Sebuah proses yang dilakukan oleh api. Setelah dibakar, logam (dalam contoh ini emas) akan menjadi murni.
Air dan Makanan
Untuk air dan makanan, saya pikir tak perlu dijelaskan panjang lebar. Hampir semua orang di dunia melakukan pemurnian air dan makanan sebelum dikonsumsi. Pemurnian ini disebut "masak". Masak air atau masak makanan bertujuan untuk membersihkan air dan makanan dari bakteri atau kuman yang bisa menimbulkan penyakit. Ini berarti air dan makanan tersebut dimurnikan dari penyakit.Dewi Shinta
Ilustrasi Pemurnian Dewi Shinta |
Setelah mandi dan bersuci, Sita menemui Rama. Rupanya Rama merasa sangsi terhadap kesucian Sita karena istrinya itu tinggal di dalam istana musuh dalam waktu yang cukup lama. menyadari hal itu, Sita pun menyuruh Laksmana untuk mengumpulkan kayu bakar sebanyak-banyaknya dan membuat api unggun. Tak lama kemudian Sita melompat ke dalam api tersebut. Dari dalam api tiba-tiba muncul Dewa Brahma dan Dewa Agni mengangkat tubuh Sita dalam keadaan hidup. Hal ini membuktikan kesucian Sita sehingga Rama pun dengan lega menerimanya kembali. [sumber]
Setelah semua pertempuran yang dasyat itu dengan kekalahan dipihak Alengka maka Rama dengan bebas dapat memasuki istana dan mencari sang istri tercinta. Dengan diantar oleh Hanuman menuju ke taman Argasoka menemui Shinta, akan tetapi Rama menolak karena menganggap Shinta telah ternoda selama Shinta berada di kerajaan Alengka. Maka Rama meminta bukti kesuciannya, yaitu dengan melakukan bakar diri. Karena kebenaran kesucian Shinta dan pertolongan Dewa Api, Shinta selamat dari api. Dengan demikian terbuktilah bahwa Shinta masih suci dan akhirnya Rama menerima kembali Shinta dengan perasaan haru danbahagia. Dan akhir dari kisah ini mereka kembali ke istananya masing-masing. [sumber]
Ngaben
Kita semua tahu Ngaben, kan? Itu adalah upacara pembakaran jenazah/kremasi yang dilakukan umat Hindu di Bali.Ngaben adalah suatu upacara pembakaran mayat yang dilakukan umat Hindu di Bali, upacara ini dilakukan untuk menyucikan roh leluhur orang sudah wafat menuju ketempat peristirahatan terakhir dengan cara melakukan pembakaran jenazah. [sumber]
Berarti upcara Ngaben dilakukan untuk menyucikan (atau memurnikan) roh orang yang sudah wafat. Bagi umat Hindu, roh manusia akan terlahir kembali di kehidupan mendatang untuk menjalani karma dari kehidupan sebelumnya. Mungkin bisa dibilang karma dalah hukuman/penebusan dosa atas "kesalahan" di kehidupan sebelumnya. Jika seseorang menerima/menjalani karma, itu berarti orang tersebut harus melewati pintu kematian dan terlahir kembali untuk memperbaiki kesalahannya. Jika kesalahannya sudah bersih, baik itu ditebus di kehidupan sebelumnya ataupin disucikan oleh api ngaben, maka roh orang tersebut tidak akan terlahir kembali lalu rohnya akan mokhsa (menuju Nirwana).
Dengan begitu, api ngaben diharapkan dapat membantu mensucikan roh orang yang mati, siapa tahu semua kesalahannya termaafkan dan roh tersebut masuk ke Nirwana. Tapi jika dosa kehidupan sebelumnya terlalu banyak, setidaknya api ngaben bisa mengurangi karma yang akan dijalani di kehidupan berikutnya.
Ritual ngaben menjadi prosesi sakral yang dilakukan dengan penuh cinta kasih bagi keluarga yang ditinggalkan, sementara roh yang dilepas akan menuju nirwana atau menjelma kembali ke dunia melalui reinkarnasi, dan lahir kembali di pulau Bali yang dicintainya. [sumber]
Alkitab
Di poin ini maksudnya bukan Alkitab yang dibakar. Tapi, ketika saya cari di internet, saya menemukan beberapa kalimat (mungkin ayat, saya tak tahu apa sebutan sebenarnya karena saya bukan Kristen), yang menyebutkan "dimurnikan dalam api" atau yang senada. Berikut adalah kutipannya, semoga saya tidak salah mengutip:Mzm 12:6
(12-7) Janji TUHAN adalah janji yang murni, bagaikan perak yang teruji, tujuh kali dimurnikan dalam dapur peleburan di tanah.
Mrk 9:49
Karena setiap orang akan digarami dengan api.
Dan ada beberapa kalimat lagi yang senada mengenai permurnian oleh api. Silahkan cek sendiri ke http://alkitab.sabda.org/search.php?search=dimurnikan&exact=on&tab=text
Oke. Dari logam, air, makanan, Dewi Shinta, Ngaben, lalu ke Alkitab. Lima hal berbeda. Tapi punya satu benang merah, yaitu dimurnikan oleh api. (Khusus Alkitab, bukan Alkitabnya yang dimurnikan, tapi di Alkitab disebutkan mengenai pemurnian oleh api).
Sebenarnya kemana arah postingan ini? Coba baca terus ya.
Orang Yang Berpuasa Ramadan
Seperti dikutip dari http://id.wikipedia.org/wiki/Ramadan (dengan sedikit penyuntingan untuk menghindari font Arab):Ramadan berarti panas yang menyengat. Bangsa Babylonia yang budayanya pernah sangat dominan di utara Jazirah Arab menggunakan luni-solar calendar (penghitungan tahun berdasarkan bulan dan matahari sekaligus). Bulan kesembilan selalu jatuh pada musim panas yang sangat menyengat. Sejak pagi hingga petang batu-batu gunung dan pasir gurun terpanggang oleh sengatan matahari musim panas yang waktu siangnya lebih panjang daripada waktu malamnya. Di malam hari panas di bebatuan dan pasir sedikit reda, tapi sebelum dingin betul sudah berjumpa dengan pagi hari. Demikian terjadi berulang-ulang, sehingga setelah beberapa pekan terjadi akumulasi panas yang menghanguskan. Hari-hari itu disebut bulan Ramadan, bulan dengan panas yang menghanguskan.
Setelah umat Islam mengembangkan kalender berbasis bulan, yang rata-rata 11 hari lebih pendek dari kalender berbasis matahari, bulan Ramadan tak lagi selalu bertepatan dengan musim panas. Orang lebih memahami 'panas'nya Ramadan secara metaphoric (kiasan). Karena di hari-hari Ramadan orang berpuasa, tenggorokan terasa panas karena kehausan. Atau, diharapkan dengan ibadah-ibadah Ramadan maka dosa-dosa terdahulu menjadi hangus terbakar dan seusai Ramadan orang yang berpuasa tak lagi berdosa. Wallahu `alam.
Dari akar kata tersebut kata Ramadan digunakan untuk mengindikasikan adanya sensasi panas saat seseorang kehausan. Pendapat lain mengatakan bahwa kata Ramadan digunakan karena pada bulan itu dosa-dosa dihapuskan oleh perbuatan baik sebagaimana matahari membakar tanah. Namun kata ramadan tidak dapat disamakan artinya dengan ramadan. Ramadan dalam bahasa arab artinya orang yang sakit mata mau buta. Lebih lanjut lagi hal itu dikiaskan dengan dimanfaatkannya momen Ramadan oleh para penganut Islam yang serius untuk mencairkan, menata ulang dan memperbaharui kekuatan fisik, spiritual dan tingkah lakunya, sebagaimana panas merepresentasikan sesuatu yang dapat mencairkan materi.
Dari kutipan tersebut bisa dipahami bahwa Ramadan memurnikan jiwa manusia, jika manusia tersebut berpuasa sebulan penuh. Berpuasa di bulan ini seperti sedang dibakar dalam api. Bisa jadi analogi ini yang menghasilkan pemikiran "kembali ke fitrah" ketika Ramadan usai dan merayakan Idul Fitri. Kondisi fitrah, fitri, suci, murni, hanya layak didapat oleh mereka yang berhasil menjalankan ibadah Ramadan dengan sungguh-sungguh. Kemurnian juga diperoleh setelah api mengkremasi jenazah orang mati. Setelah Dewi Shinta diangkat oleh Dewi Agni. Setelah air benar-benar selesai direbus. Seteah makanan dimasak sampai matang. Setelah logam dipanasi terus-terusan.
Kembali Ke Fitrah, kembali seperti bayi yang tanpa dosa. Kembali kepada kemurnian jiwa karena selama satu bulan penuh telah dimurnikan oleh api.
Apakah tahun ini kita telah benar-benar dimurnikan oleh api bulan Ramadan dan kembali fitrah? Apakah Ramadan ini telah menjadikan kita murni seperti emas 24karat? Telah murni seperti logam lain yang telah dipanasi terus menerus oleh api? Telah murni seperti air yang sudah bisa diminum? Telah murni seperti makanan yang layak dimakan? Telah murni seperti roh orang mati yang mokhsa?
*) Foto-foto diambil langsung dari sumbernya dengan memberi tautan ke posting ini.
No comments:
Post a Comment